Jakarta – Ada sejumlah keutamaan yang terkandung dalam bulan Syaban. Terlebih, bulan ini adalah bulan yang bertepatan sebelum datangnya Ramadhan.
Abdillah F. Hasan dalam bukunya yang berjudul Amalan Ringan Berpahala Istimewa Seputar Puasa, Sedekah, dan Haji menjelaskan, Syaban adalah bulan kedelapan dalam kalender Hijriah.
Nama Syaban diambil dari kata Sya’aba yang berarti merekah. Disebut sebagai bulan yang merekah karena letak waktunya yang berada di antara dua bulan yang mulia, yaitu bulan Rajab dan bulan Ramadhan.
Bulan Syaban menjadi bulan yang utama sebab di bulan ini Rasulullah SAW melakukan puasa sunnah terbanyak dibanding bulan-bulan lainnya, kecuali Ramadhan.
Ibnu Rajab berpendapat, puasa yang dilakukan di bulan Syaban memiliki kedudukan setara dengan salat sunah rawatib terhadap salat fardhu sebelum dan sesudahnya. Artinya, puasa Syaban ini berlaku sebagai penyempurna kekurangan ibadah puasa wajib Ramadhan tersebut.
6 Keutamaan Bulan Syaban Jelang Ramadhan
1. Waktu Amalan Diangkat
Bulan Syaban bertepan dengan momen amal-amal yang dilakukan oleh manusia diangkat dan diterima oleh Allah SWT. Oleh karena itu, Rasulullah SAW sering berpuasa di bulan Syaban ini.
Usamah bin Zaid RA bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, aku tidak melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan lain seperti engkau berpuasa pada bulan Syaban.”
Rasulullah SAW menjawab, “Bulan itu (Syaban) adalah bulan yang dilupakan oleh manusia, yaitu bulan di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan itu adalah bulan diangkatnya amal-amal manusia kepada Tuhan semesta alam. Aku suka amal-amalku diangkat, sementara aku sedang berpuasa.” (HR Abu Daud dan Nasai)
2. Puasa Paling Afdal setelah Ramadhan
Keutamaan bulan Syaban yang kedua adalah pada bulan inilah waktu yang paling afdal untuk melakukan ibadah puasa, setelah bulan Ramadhan. Hal ini berdasarkan hadits,
Anas RA berkata, bahwasanya Rasulullah SAW pernah ditanya, “Puasa manakah yang paling afdal setelah puasa Ramadhan?”
Rasulullah SAW menjawab, “Puasa Syaban untuk mengagungkan Ramadhan.” (HR Tirmidzi)
3. Waktu untuk Mengqada Puasa Ramadhan
Dikutip dari buku Hadits Shahih Bukhari-Muslim oleh Muslim, keutamaan bulan Syaban yang selanjutnya adalah ini merupakan bulan di mana Sayyidah Aisyah RA mengqada puasa Ramadhan yang ditinggalkannya.
. حَدِيثُ عَائِشَةَ قَالَتْ : كَانَ يَكُون عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَ إِلَّا فِي شَعْبَانَ أخرجه البخاري في: ٣٠كتاب الصوم: ٤٠ باب متى يُقْضَى قضاء رمضان
Artinya: ‘Aisyah berkata: “Jika aku berutang puasa Ramadhan, maka tidak dapat mengqadhanya kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR Bukhari pada Kitab ke-30, Kitab Shaum bab ke-40, bab kapan dilaksanakannya qadha shaum Ramadhan)
4. Bulan Al-Qur’an
Dikutip dari buku Ternyata Shalat & Puasa Sunah Dapat Mempercepat Kesuksesan oleh Ceceng Salamudin, keutamaan bulan Syaban ialah menjadi bulan yang lebih dianjurkan untuk banyak membaca Al-Qur’an sebagaimana ketika bulan Ramadhan.
Dalam kitab Dzuratun Nashihin ditegaskan membaca Al-Qur’an di bulan Syaban akan dinilai lebih dibandingkan pada bulan-bulan yang lain. Sebab pada bulan Syaban, umat Islam mempersiapkan diri untuk menyambut bulan Ramadhan.
5. Turunnya Ayat untuk Bersholawat
Keutamaan bulan Syaban selanjutnya adalah ayat yang memerintahkan muslimin untuk bersholawat atas Nabi Muhammad SAW turun pada bulan ini.
Allah SWT berfirman dalam surah Al Ahzab ayat 56 yang artinya, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
6. Bulan Pindahnya Arah Kiblat
Awalnya, kiblat berada di Baitul Maqdis di Palestina. Padahal saat itu, Masjidil Aqsa masih dalam kekuasaan umat Nasrani.
Saat itu Rasulullah SAW sangat mengharapkan perpindahan arah kiblat. Sebab dengan arah kiblat yang tertuju pada Baitul Maqdis maka kesannya umat Islam belum mengalami kemajuan dan seperti masih di bawah pengaruh umat lain.
Waktu yang ditunggu-tunggu pun datang. Pada bulan Syaban akhirnya Allah SWT memberikan kabar bahagia bagi Rasulullah SAW dan seluruh umat Islam, bahwasanya arah kiblat menuju ke Ka’bah.
Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 144, “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.”